Dipahami
sebagai aliran atau ajaran garis keras yang intoleran dengan kelompok lain yang
tidak sepaham dan menyatakan kelompoknya/keyakinanya yang paling benar.
Radikalisme
menjadi kontra produktif tatkala:
1. Memaksakan
kehendaknya ke orang lain.
2. Memprovokasi/menanamkan
kebencian terhadap orang lain/ kelompok yang tidak sepaham.
3. Menyalahkan/menjudge
dan mengambil tindakan sendiri yang sebenarnya melawan/melanggar hukum
4. Memobilisasi
massa untuk menentang pemerintah, mengancam + melakukan tindakan kekerasan +
pengrusakan.
Melakukan teror.
5. Mengkader
melatih dengan gaya/ala militer dan mengembangkan jaringan-jaringan ke berbagai
penjuru dengan spirit kebencian/menyalahkan dan ingin menyamakan semua pihak
sesuai dengan keyakinannya.
Tujuan
dari radikalisme adalah kekuasaan + penguasaan (politik) dengan mengedepankan
/mengcover/memanfatkan golongan/kelompok-kelompok primordial (suku-bangsa,
agama, ras + keyakkinan keagamaan + kepercayaan). Dengan pendekatan primordial
inilah mereka membangun kekuatan untuk mendapatkan legitimasi + solidaritas.
Mereka dengan pendektan-pendekatan primordial juga melakukan pembenaran +
meyakinkan bahwa apa yang dilakukanya adalah benar dan harus diperjuangkan.
Maka yang dikedepankan biasanya bukan rasionalitas lagi melainkan pendekatan
mayoritas + spiritualitas. Cara-cara yang dilakukan beragam salah satunya
menggunakan spiritualitas + ayat-ayat dari kitab suci atau ajaran-ajaran yang
dianggap/diyakininya suci + benar. Melalui tafsir-tafsirnya memberikan
harapan-harapan/ janji-janji tentang hidup baru, hidup bahagia yang abadi.
Janji akan kebahagiaan + membahagiakan orang-orang yang dihormati + dicintanya
dan sebagainya. Harapan menjadi pilar/perekat + penanaman keyakinan sebagai
solidaritas bagi kelompoknya.
Kehebatan dari kelompok-kelompok
radikal adalah :
1. Cara perekrutan
dan cara-cara menanamkan keyakinan. Sasaranya biasanya kelompok-kelompok/orang-orang
yang fanatik/intoleran, kelompok-kelompok /orang-orang yang luka batin,
kelompok-kelompok/orang-orang yang termarginalkan. Mereka tanpa sadar telah
dicuci otaknya untuk menjadi loyalis-loyalis kepada kelompok +
pemimpin-pemimpinya.Core value /nilai-nilai yang ditanamkan bukan hal-hal yang
duniawi melainkan yang ilahi/surgawi. Walaupun mereka kekurangan/tidak memiliki
apapun merek tetapi semangat terus berjuang untuk mendapatkan surga + keilahian
+ kebahagiaan yang abadi.
2. Melatih untuk
memiliki jiwa /semangat heroik sebagai pejuang-pejuang untuk dikenang sebagai
pahlawan-pahlawan pembela /laskar suci yang terberkati.
3. Penderitaan
jasmani sampai kehilangan jiwa demi kebenaran yang diyakininya merupakan jalan
terang menuju harapan baru, kebahagiaan abadi yang penuh dengan berkat +
rahamat ilahi.
4. Keiklasan
merupakan roh/ jiwa perjuanganya balasanya adalah surga + pahala-pahala.
5. Semakin banyak
yang bersangkutan dipengaruhi untuk bersatu dengan kelompoknya/semakin banyak
pemberantasan kelompok-kelompok yang tidak sama keyakinanya akan semakin suci +
semakin besar pahalanya.
6. Yang dianggap
sebagai keluarga/saudara adalah yang sejalan dengan keyakinanya, yang
bertentangan/ tidak sejalan dianggapnya musuh. Yang layak dibumi hanguskan baik
miiknya/jwanya sekalipun. Mereka tidak lagi tebang pilih orangtua/sanak
saudara/kerabatnya pun bisa dibabatnya.
Hal -hal yang tidak lagi
rasional dari kelompok radikal antara lain:
1. Tidak lagi
meempedulikan nilai-nilai kemanusiaan.
2. Meyakini tanpa
logika, iman tanpa akal budi, sehingga menyalahkan + menghakimi.
3. Cara-cara yang
dilakukan dianggapnya sebagai jalan ilahi yang terberkati walau menurut
pandangan orang kebanyakan tidak manusiawi + melanggar hukum.
4. Merasa paling
benar, paling suci, paling dipercaya Tuhan, paling berpahala besar sehingga
orang lain dianggapnya sebagai: orang berdosa, pengikut setan + sesat.
5. Menanamkan
kebencian + membentur-benturkan dengan konflik pribadi menjadi konflik antar
warga dengan hasutan-hasutan/ ajaran-ajaran yang menyesatkan orang lain/kelompok
lain. Pemaksaan kehendak, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
kekuasaan pengausaan. Mengorbankan orang yang tidak berpengetahuan tinggi,
kelompok-kelompok marginal (kelompok sakit hati/kelompok-kelompok luka batin).
Untuk
mengatasi/menangani radikalisme dikenal dengan deradikalisme. Deradikalisme
dapat dipahami sebagai ajran penyadaran, pengembalian pada logika/rasionalisme
atas orang-orang/kelompok yang menjadi sasaran para penganut radikalisme/yang
berpotensi menjadi radikal. Menyadarkan orang-orang yang sudah terlanjur
kerasukan radikalisme/kecanduan radikalisme akan sulit dibelokan/ apalagi
disadarkan. Karena meraka sudah menjadi captive mind (otak yang terbelenggu)
dan dalam hati + jiwanya adalah kebencian yang memandang orang lain sebagai setan
yang salah + sepantasnya dihancurkan.
Membalikanya
perlu ada shock teraphy yang hebat/kuat. Kalau landai-landai/ datar-datar saja
tidak mungkin untuk diubah. Maka deradikalisasi diakukan untuk mengurai
akar-akar radikal yaitu pada intoleransi. Dengan berbagai pendekatan sebagai
counter radikalisme antara lain :
1. Edukasi pada
nilai-nilai kemanusiaan.
2. Modernisasi.
3. Kesejahteran/pembukaan
lapangan kerja + apresiasi kepada kemanusiaan yang layak.
4. Psikoligis
pengobatan luka batin.
5. Membuka mata +
telinga akan makna hidup banyak orang. Agar memiliki pengetahuan, pengalaman
sehingga terinpirasi bahwa hidup + kehidupan banyak orang yang harus dilindungi
dan ditingkatkan kualitas hidupnya. Iman tanpa logika itu penyesatan + akar
kejahatan kemanusiaan.
6. Membuat sinergitas
dengan berbagai pihak terutama dengan tokoh-tokoh yang menjadi ikon
kemanusiaan.
7. Membuka jalur-jalur
komunikasi sosial.
Pelatihan +
pendampingan dan lain sebagainya.
Radikalisme merupakan suatu ajran. Cuci otak yang mengabaikan logika, dan anti kemanusiaan
yang kontra produktif yang menjadi akar dari terorisme.
Sumber : Divisi Humas Mabes Polres